Postingan Populer

Selasa, 22 Agustus 2023

Sejarah Sastra Populer

Sumber gambar: https://mamikos.com/

Kemunculan sastra populer erat kaitannya dengan kebudayaan populer. Kebudayaan populer pun tidak bisa dipisahkan dari media dan bahkan kita akan mengalami kesulitan untuk menentukan apakah media yang melahirkan kebudayaan populer atau sebaliknya. Media dan kebudayaan populer adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Bagi sebagian ahli, pembedaan “kebudayaan populer”  dengan “kebudayaan adiluhung” didasarkan pada pandangan piramidal yang menggolongkan masyarakat menjadi kelas-kelas: atas, menengah, dan bawah. Penggolongan kelas-kelas inilah yang memunculkan istilah kebudayaan populer karena kelas bawah merupakan kelas yang paling banyak penganutnya.

Kelas bawah yang sangat banyak itulah yang menjadi pangsa pasar yang menjanjikan yang kemudian menghasilkan budaya populer. Dengan demikian, ada relevansi antara budaya populer dan budaya komersil. Untuk itulah, barang akan diproduksi untuk sesuatu yang sifatnya massal dan memenuhi keinginan pasar.

Sastra populer yang diwakili oleh penerbitan novel populer sudah dikenal sejak  tahun 1890-an. Pada masa  itu, novel populer  ditulis  oleh  orang  Cina-Melayu  dengan  menggunakan  bahasa Melayu pasar. Bacaan itu dimaksudkan hanya sebagai hiburan semata. Novel bahasa Melayu pertama ditulis oleh wartawan Lie Kim Kok dalam bahasa Melayu-Cina  (Melayu pasar) pada  tahun 1884 berjudul Sobat Anak-Anak. Terbitnya novel karya Lie Kim  Kok  ini  memicu  penerbitan novel-novel  sejenis.  Meskipun  ruang lingkupnya  masih  terbatas,  novel  yang  ketika  itu masih  bernama  “Roman Pitjisan” ini dianggap menjadi cikal-bakal kelahiran novel populer.

Penulisan roman pada tahun-tahun tersebut adalah akibat dari banyaknya permintaan bacaan dari masyarakat kelas bawah yang sudah mulai bisa membaca dan untuk memanfaatkan waktu luang mereka. Bacaan-bacaan populer pada waktu itu mendapat kecaman dari pemerintah kolonial, yang pada akhirnya membentuk “Taman Bacaan Rakyat”, Balai Pustaka. Pembentukan Balai Pustaka oleh pemerintah kolonial adalah sebagai bentuk “pendidikan” yang diberikan. Balai Pustaka yang mempunyai prioritas dalam penerbitan pada masa pemerintahan kolonial menganggap semua bacaan yang terbit di luar Balai Pustaka adalah bacaan liar dan dicap sebagai roman picisan.

Perkembangan sastra populer sebagai bagian dari kebudayaan populer itu begitu pesat. Keinginan membaca masyarakat yang berbanding lurus dengan permintaan pasar mengakibatkan novel-novel populer itu sangat digemari. Tema-tema yang ringan dan cenderung hanya penglipur lara menjadi salah satu alasan perkembangan tersebut. Penyebaran yang seluas-luasnya itu menjadi ciri kebudayaan populer atau kebudayaan massa yang melahirkan sastra populer.


Disarikan oleh

Heri Isnaini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ihwal Tasawuf

  (Sumber gambar: https://langgar.co/) I stilah tasawuf berkembang pada abad III Hijriyah atau sekitar abad IV Masehi, yang sebelumnya diawa...