Postingan Populer

Jumat, 03 Februari 2023

Modern Meisje: Pemikiran Feminisme Kartini

sumber gambar: https://www.wikiwand.com/id/Kartini_School

 

Japara, 25 May, 1899.

I have longed to make the acquaintance of a "modern meisje” that proud, independent girl who has all my sympathy! She who, happy and self-reliant, lightly and alertly steps on her way through life, full of enthusiasm and warm feeling; working not only for her own well-being and happiness, but for the greater good of humanity as a whole.

        Kutipan surat Kartini kepada Estelle "Stella" Zeehandelaar, sahabat karibnya dari Belanda, ditulis jauh sebelum “pergerakan perempuan” pada tahun 1960-an di Amerika yang pada akhirnya memunculkan kritik sastra feminis. Dalam surat itu, terlihat jelas betapa Kartini merindukan sosok “perempuan modern” yang sangat didambakannya. Perempuan merdeka, mandiri, visioner, antusias, serta perempuan yang  berkepribadian halus tergambar begitu jelas, sebagai sosok modern meisje yang dikhayalkan Kartini. Sosok itulah yang meneguhkan Kartini memperjuangkan kaumnya yang tertindas yang selalu menjadi objek yang abjek.

            Pemikiran-pemikiran Kartini untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, seperti hak untuk berpendidikan; hak untuk meperoleh kebebasan; hak untuk memilih jodoh; dan lebih jauh lagi adalah  hak “berkedudukan sama” dalam struktur sosial masyarakat adalah pemikiran feminis yang lahir akibat tekanan yang dialami Kartini. Secara sadar Kartini melihat hal tersebut menjadi sebuah “penindasan” dan “penyiksaan” terhadap hak-hak perempuan.

            Melalui surat-surat yang dikirimkan pada Stella, sesungguhnya Kartini sedang berusaha mencoba mengadakan perlawanan terhadap kondisi yang menyudutkan kaum perempuan pada strata sosial masyarakat Jawa. Perlawanan yang dilakukan Kartini adalah dengan tulisan. Tulisan yang khas “perlawanan perempuan”. Kartini “sengaja” menggunakan bahasa sebagai bentuk “perlawanan” atas pengekangan dirinya. Melalui bahasa, Kartini ingin memperlihatkan bahwa perempuan dapat melawan dengan otoritas laki-laki patriartki yang kolonial.

            Pandangan-pandangan kritis dalam surat-surat Kartini mengungkapkan ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan). Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada Stella, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

            Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Pandangan-pandangan kritis Kartini tersebut adalah bagian dari kesadaran dirinya akan kaum perempuan yang tertindas dalam balutan agama dan tradisi. Dengan konsep modern meisje yang dicita-citakan, Kartini tengah menyulam asa untuk kemajuan perempuan Jawa dan Indonesia.


disarikan oleh

Heri Isnaini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen: Makam Keramat Mbah Uyut

Baca cerpen lengkapnya di tautan berikut https://tebuireng.online/makam-keramat-mbah-uyut/