Postingan Populer

Kamis, 02 Februari 2023

Mantra

sumber gambar: https://tubanbicara.pikiran-rakyat.com

 

Mantra adalah bentuk sastra lisan yang berbentuk tradisi budaya yang dipercayai oleh masyarakat, khususnya di pulau Jawa dan umumnya masyarakat Nusantara. Secara etimologis, kata mantra berasal dari bahasa Sanskerta, yakni manas yang berarti pikiran dan tra yang berarti melindungi. Konsep melindungi pikiran inilah yang kemudian dipahami menjadi kata-kata yang dilafalkan dan dipercayai memiliki kekuatan tertentu sehingga untuk menguasainya seseorang harus melakukan ritual tertentu yang dapat membangkitkan kekuatan mantra itu sendiri.

           Masyarakat tradisional memperoleh mantra dengan proses pewarisan turun-temurun secara lisan dan tradisional dari generasi ke generasi. Proses inilah yang membuat mantra diyakini memiliki kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Secara historis, mantra sebetulnya berkaitan erat dengan kehidupan spiritual manusia, yakni merupakan hasil dari “proses kreatif“ para leluhur (orang-orang dulu) dalam memahami alam dan dirinya secara lebih nyata. Mantra menjadi media untuk menyeimbangkan antara jagad gedhe dan jagad cilik, antara mikrokosmos dan makrokosmos. Harmonisasi tersebut menjadi salah satu upaya manusia untuk keselarasan alam demi kebahagiaan manusia, alam, dan semua makhluk yang ada di dunia ini.

            Pemahaman mantra berawal dari teori evolusi religi yang di kemukakan oleh E.B. Taylor yang mengklasifikasi evolusi religi manusia terdiri atas 3 tingkatan. Pertama, manusia memiliki keasadaran adanya jiwa di dalam diri dan sekelilingnya. Kedua, manusia percaya bahwa alam mempunyai jiwa (soul) yang dikenal dengan dewa-dewa. Ketiga, manusia percaya bahwa jiwa (soul) atau dewa-dewa adalah titisan dari satu dewa yang Agung. Berdasarkan teori Taylor tersebut peranan mantra menjadi sangat penting, yakni menjadi jembatan penghubung antara manusia dengan spirit dan soul tersebut.

            Oleh karena mantra dijadikan penghubung antara manusia dengan spirit dan soul maka para leluhur membuat berbagai macam jenis mantra yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Dalam tradisi Sunda, Jawa Barat, mantra menurut Yus Rusyana (1970) diklasifikasi berdasarkan fungsi dan manfaatnya. Mantra-mantra tersebut dibagi menjadi asihan (digunakan untuk cinta); Jangjawokan (dibaca sebelum atau sesudah melakukan pekerjaan); ajian (untuk kekuatan); singlar (pengusir roh halus); rajah (penolak bala); dan jampe (digunakan untuk menyembuhkan penyakit). Di kalangan masyarakat Jawa, wujud mantra itu pada umumnya dikenali antara lain: japa-mantra, aji-aji, rapal (mantra dalam wujud kata-kata); rajah (mantra dalam wujud tulisan) ; dan jimat (mantra yang kekuatannya ditanam pada suatu benda). Begitulah secara singkat sejarah tentang mantra sebagai bagian dari warisan leluhur yang patut dilestarikan dan diabadikan untuk generasi yang akan datang.


disarikan oleh

Heri Isnaini


3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Mantra, suatu tradisi sastra lisan yang mungkin dianggap misteri belaka pada saat ini namun mantra juga disebut tradisi budaya yang dipercayai oleh masyarakat khususnya di pulau jawa. Mantra diperoleh dari proses pewarisan turun temurun, tidak mengejutkan jika sebenarnya masih ada beberapa keluarga yang masih memiliki warisan mantra namun tidak dipublikasikan karena beberapa alasan.

    BalasHapus
  3. mantra untuk dijaman ini dijadikan warisan budaya yang harus dijaga saya sepakat dengan mantra yang berbentuk lisan, tulisan ataupun jimat, sebagai anak ilmu komunikasi saya memandang ke arah bagaimana cara orang-orang dahulu melakukan kebutuhan emosionalnya dan juga sosial mereka melewati budaya mantra itu yang memunculkan ke eratan satu sama lain. kalau saya melihat mantra di era ini seperti ucapan penyemangat untuk kita melakukan sesuatu yang begitu berat, contoh di semangatin ayang walaupun belum ada :) haha

    BalasHapus

Cerpen: Makam Keramat Mbah Uyut

Baca cerpen lengkapnya di tautan berikut https://tebuireng.online/makam-keramat-mbah-uyut/