Postingan Populer

Senin, 30 Januari 2023

Mengenal Sastra Bandingan

sumber gambar: liputan6.com

Sastra bandingan telah dikenal luas di dunia akademik kita. Kecenderungan untuk menggunakan metode ini merupakan akibat dari situasi kebahasaan dan kebudayaan yang beraneka ragam. Sastra bandingan pertama kali dilahirkan dan dikembangkan di Eropa, benua yang terbagi menjadi sejumlah bahasa dan kebudayaan. Perkembangan ini didasarkan pada mitologi Yunani dan Kitab Suci.

Pada abad ke-19 dan ke-20 sastra bandingan telah memiliki prosedur dan kondisi tersendiri secara lebih mapan. Kegiatan ini pertama kali dicetuskan oleh Sainte-Beuve, dalam sebuah artikel yang dimuat di Revue des Deux Mondes terbitan tahun 1868. Dengan demikian, baru sejak abad ke-19 para peminat sastra di Eropa tertarik untuk membicarakan sastra bandingan.

            Di abad ke-20, pengukuhan studi sastra bandingan terjadi ketika jurnal Revue de Litterature Comparee diterbitkan pertama kali pada tahun 1921. Jurnal itu memuat karangan-karangan mengenai sejarah intelektual, terutama sekali dalam melacak pengaruh dan hubungan yang melewati batas-batas kebahasaan. Dalam pengalaman perkembangan kebudayaan Eropa, tercatat bahwa pengaruh merupakan masalah yang pelik, dan oleh sebab itu menarik.

Sastra bandingan merupakan pendekatan dalam ilmu sastra yang dilandaskan pada asas membanding-bandingkan dan sastra bandingan tidak menghasilkan teori yang baru. Asas membanding-bandingkan pada sastra bandingan mempunyai kencenderungan : 1) sastra harus dibandingkan dengan sastra; dan 2) sastra bisa dibandingkan dengan bidang seni atau bahkan dengan ilmu lain. Menurut Remak (1990) pertama, bahwa sastra harus dibandingkan dengan sastra dari negara lain, sehingga kalau sastra itu dibandingkan dengan sastra dari satu negara yang sama maka itu bukan sastra bandingan, walaupun pandangan yang pertama ini sangat mengandung kontroversi. Kedua, pandangan Remak yang membolehkan membandingkan sastra dengan yang dianggap bukan sastra, Hal itu pun tentu tidak bisa diterima oleh semua peneliti sastra bandingan, seperti Nada, misalnya. Menurut Nada, Hal penting bagi pengamat sastra itu adalah bahwa perbedaan bahasa merupakan salah satu syarat utama bagi sastra bandingan.

Pada dasarnya terdapat lima pendekatan yang bisa dipergunakan dalam penelitian sastra bandingan, yakni: tema/mitos; genre/bentuk; gerakan/zaman; hubungan-hubungan antara sastra dan bidang seni dan disiplin ilmu lain; dan pelibatan sastra sebagai bahan bagi perkembangan teori yang terus-menerus bergulir. Dalam kegiatan akademik, syarat utama bagi peneliti sastra bandingan adalah penguasaan bahasa, sebab karya sastra yang diteliti harus dibaca dalam bahasa aslinya.

Dalam studi yang lain tentang pengaruh, setidaknya  ada dua metode yang bisa dipergunakan, yakni peneliti menekankan masalahnya dari segi pandang sastrawan yang dipengaruhi atau dari sudut pandang sastrawan yang mempengaruhi. Pengaruh bisa terjadi secara langsung ataupun tidak. Untuk melengkapi studi pengaruh ini kemudian dikembangkan studi analogi yang mempertimbangkan kemiripan yang ada pada berbagai unsur atau dua atau lebih sastra. Jika pengaruh umumnya hanya membatasi karya-karya tertentu, maka analogi bisa menjelaskan hal yang lebih luas dan hakiki, yakni sikap estetik dan filosofis secara umum.

(Bahan bacaan Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sastra Bandingan. Jakarta: Editum.)


disarikan oleh

Heri Isnaini


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen: Makam Keramat Mbah Uyut

Baca cerpen lengkapnya di tautan berikut https://tebuireng.online/makam-keramat-mbah-uyut/